Meningkatkan Akreditasi dan Kolaborasi Internasional: Program KKN FTIK IAIN Palangka Raya di Thailand dan Kamboja

Dalam upaya memperkuat akreditasi dan menjalin kolaborasi internasional, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya meluncurkan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) internasional di Thailand dan Kamboja. Program ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk mempromosikan IAIN Palangka Raya di kancah internasional, khususnya dalam bidang keguruan.
Wakil Dekan 1 FTIK Bidang Akademik, Bu Jumrodah, M.Pd., menjelaskan bahwa program KKN internasional ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk memenuhi borang akreditasi yang mencakup aspek internasional. “KKN adalah bagian dari pengabdian, dan kami melihat adanya kebutuhan untuk berkolaborasi di tingkat internasional. Dengan adanya program ini, kami berharap dapat mempertahankan akreditasi unggul dan mencapai akreditasi unggul bagi program studi yang belum memilikinya,” jelas Bu Jumrodah.
Program ini melibatkan empat program studi yaitu Tadris Bahasa Inggris (TBI), Tadris Biologi (TBG), Pendidikan Agama Islam (PAI), dan Tadris Fisika (TFS). Kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) menjadi kunci dalam pelaksanaan program ini, dengan tujuan utama untuk mempromosikan IAIN Palangka Raya di kancah internasional, khususnya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, sehingga dapat menarik minat mahasiswa dari Thailand dan Kamboja untuk melanjutkan studi di IAIN Palangka Raya.


Mahasiswa yang lolos dalam program KKN internasional akan mendapatkan dukungan penuh dari pihak perguruan tinggi dan fakultas. Dalam hal dukungan akademik, fakultas bekerjasama dengan LP2M untuk mengakomodir kebutuhan mahasiswa selama menjalani KKN internasional seperti transportasi, tempat tinggal yang nyaman, dan uang makan harian. Selain itu, dosen pendamping juga memantau dan memastikan kebutuhan mereka selama menjalankan pengabdian terpenuhi. Fakultas juga memastikan keamanan dan kesejahteraan mahasiswa dengan menjalin komunikasi intensif melalui dosen pendamping dan pihak pengelola di lokasi pengabdian. “Kami memastikan bahwa tempat tinggal dan fasilitas yang disediakan aman dan nyaman untuk mahasiswa,” tambah Bu Jumrodah.
Bu Jumrodah menutup dengan harapan agar program ini dapat berlanjut dan berkembang ke negara-negara lain. “Kami berharap program ini tidak hanya terbatas di Thailand dan Kamboja, tetapi juga dapat meluas ke negara-negara lain dengan dukungan sarana dan prasarana yang lebih baik. Selain itu, program ini diharapkan tidak hanya fokus pada pengabdian singkat, tetapi juga melibatkan kegiatan seperti asistensi mengajar dalam jangka waktu yang lebih panjang, sehingga mahasiswa dapat lebih lama bersosialisasi dengan masyarakat setempat”